Lucunya Komunikasi Politik Swedia dan Power Turki di Dunia Islam

Oleh: Nafi’ah al-Ma’rab
Sejak hari pertama kasus pembakaran Al-Qur’an oleh politikus sayap kanan Denmark Rasmus Paludan, saya sudah sangat ingin langsung menulis opini.
Namun, karena kesibukan dan menumpuknya job artikel, barulah hari ini saya menuliskannya.
Jujur ada perasaan teriris-iris ketika mushaf yang setiap hari kita baca ada yang menghinanya. Benarlah perlakuan Rasmus itu tidak akan mengurangi kemuliaan Al-Qur’an, tetapi sebagai orang yang mencintainya maka amarah kita akan muncul sebab ada yang menghina dan menyakitinya.
Baiklah saya akan cerita, ketika saya mendapati nama si pembakar mushaf tersebut, saya langsung stalking Instagramnya.
Saya ingin memastikan apakah orang ini setipe netizen Indonesia yang pengen banget viral dan butuh follower?
Di hari pertama saya cek, follower akunnya 11,2 ribu, lalu sekitar seminggu kemudian menjadi 16,9 ribu follower.
Yah, ini mirip-mirip netizen Indonesia yang suka viral-viral. Pengen naikin follower dengan cara nggak ada akhlak.
Lucunya Komunikasi Politik Swedia Vs Power Turki
Dalam persepsi komunikasi politiknya, Swedia menurut hemat saya menunjukkan komunikasi yang konyol.
Aksi pembakaran Al-Qur’an yang dilakukan di depan kedutaan Turki yang ada di Swedia mendapat pengawalan dan perlindungan sepenuhnya dari aparat keamanan dengan dalih perlindungan terhadap undang-undang kebebasan yang berlaku di negara itu.
Sementara Perdana Menteri Swedia kepada dunia bilang, apa yang legal belum tentu pantas untuk dilakukan. Membakar kitab yang dianggap suci oleh banyak orang adalah tindakan tidak menghargai.
Seolah ingin melindungi kesalahan, tetapi tak ingin mendapatkan efek buruk dari kesalahan itu.
Namun, Swedia seolah bermain api. Negara yang sedang mengajukan diri sebagai anggota NATO akibat dampak dari invasi Rusia ke Ukraina itu seperti melupakan bagaimana tegasnya seorang Erdogan dalam komunikasi politik internasional.
Menyikapi politik konyol Swedia itu, Turki membatalkan rencana pertemuan menteri pertahanan kedua negara yang akan membahas izin Turki untuk masuknya Swedia sebagai anggota NATO.
Tak hanya itu, Erdogan juga mengecam keras sikap Swedia dan mengabarkan negaranya tak akan pernah memberi kabar baik untuk keinginan Swedia bergabung menjadi anggota NATO.
Turki adalah satu-satunya negara NATO yang belum memberi izin pada Swedia dan Finlandia untuk bergabung.
Aksi demonstrasi, peringatan perjalanan wisatawan Swedia ke Turki, pemanggilan Duta Besar Swedia di Turki, dan kebijakan-kebijakan tegas dari Erdogan terkait pembakaran Al-Qur’an semakin hangat jadi perbincangan.
Power negara dengan sejarah kejayaan di masa lampau itu begitu terasa.
Tegas Erdogan mengatakan, “Nenek moyang kami dari Ustmani tidak pernah sekalipun membiarkan orang membakar Taurat, Injil, dan kitab suci lainnya.”
Ketegasan Turki juga terlihat saat Amerika ikut-ikut membuat _travel warning_ kepada negaranya yang ada di Turki agar berhati-hati terhadap kemungkinan serangan balasan dari masyarakat Turki kepada warga yang mendukung pembakaran Al-Quran.
Swedia pun ketakutan, negara itu juga melakukan _travel warning_ kepada warganya yang berada di Turki.
Menyikapi itu, pemerintah Turki pun membalas travel warning serupa kepada warganya yang berada di Amerika. Kemungkinan para islamofobia akan melakukan serangan kepada warga Turki.
Mereka Kelihatannya Bersatu, tetapi Mereka Sebenarnya Bercerai Berai
Seolah tak ingin mengikuti kesalahan yang dilakukan Swedia, Finlandia mengatakan negaranya tidak akan mengizinkan pembakaran Al-Qur’an terjadi di negara mereka.
Mereka tak ingin menunggu Swedia yang mengambil sikap buruk.
Finlandia ingin segera bergabung menjadi anggota NATO. Negara itu juga menyebutkan, undang-undang seharusnya menumbuhkan keamanan dan kedamaian di masyarakat.
Jika undang-undang tersebut justru melahirkan suasana ekstrimis dan kegaduhan, maka kami tak akan mengizinkan orang melakukan kesalahan dengan berdalih pada undang-undang tersebut.
Erdogan membalasnya dengan pernyataan yang semakin menjatuhkan Swedia, “kami akan membuat keputusan yang akan mengejutkan Swedia tentang Finlandia. Asalkan Finlandia tak melakukan kebodohan serupa Swedia.”
Kepemimpinan adalah ketegasan. Komunikasi politik dibangun dengan ketegasan dan keberanian.
Belajar dari Turki soal ketegasan berpolitik adalah hal yang baik.
Turki bukan hanya menjaga marwah bangsanya yang dilecehkan oleh bangsa lain, tetapi mereka menjaga kemuliaan agama ummat Islam sedunia.
Begitulah memimpin, berani, tegas, dan siap dengan berbagai risiko. Termasuk serangan balasan dari negara-negara yang mendukung kebijakan konyol pembakaran Al-Quran.
Kita saksikan bagaimana pemimpin Islam dunia lainnya, adakah yang setegas Turki dalam membela negara dan agamanya?
_Pekanbaru, 1 Februari 2023_
Berita Lainnya
Simak Sambutan Penuh Hikmah Ahmad Syaikhu dalam Diklat Kepemimpinan Tingkat Nasional
Kegiatan Babinsa Koramil 09/Lgm Jalin Komsos Bersama Mahasiswa KKN Unri
Suyatno Bupati Rohil Pernah Dilaporkan Dugaan Korupsi Dana Pembebasan Lahan
Tim Pansel Direktur BUMD Tuah Sekata Pelalawan Belum Juga Terbentuk, Ada Apa!
Anggota Komisi V Minta Presiden Turun Tangan dan Tegas Hentikan Masuknya TKA Asing Saat Pandemi
Surat Permohonan Penertiban 1 Juta Hektar Lahan di Riau Akan Melayang
Turun Gunung dari Senayan, Lewati Jerambah dan Tumpangi Speedboat! Simak Napaktilas Ustadz Sahrul di Negeri Seribu Parit
Novrizon: Sebelum Ujian, Peserta akan Jalani Orientasi
Dr. Gamal: Pejuang Politik PKS Harus Berpolitik Dengan Gaya Baru
Tiada Masa Depan Tanpa Hari Kemarin
Buya Muhammad Gazali Menolak Tegas Timnas Israel Ikut Piala Dunia U-20
Pelaku Korban Pembunuhan Di Desa Petani Bunut, Sudah Diamankan Polisi