Catatan Nafi’ah al-Ma’rab
Anak-Anak Pelestina dan Refleksi Keimanan
Di antara nasihat keimanan terbaik dari genosida yang terjadi di Palestina hari ini adalah tentang anak-anak. Tak perlu sampai ke perkataan dan perjuangan para pejuang Al-Qossam di negeri yang diberkahi tersebut, cukup saja dari anak-anaknya.
Saya ingin mengulas percakapan-percakapan anak-anak Palestina yang membuat kita orang-orang di seluruh dunia ini semestinya malu.
Suatu hari seorang anak ditanya oleh wartawan, kenapa kamu dan keluargamu tidak mengungsi saja ke luar Gaza supaya selamat?
Ini saya teringat cerita podcast viral belakangan dari seorang yang bergelar ‘buya.’ Ia mengatakan mengapa Hamas tidak menyeterilkan lebih dulu Gaza sebelum memerangi penjajah?
Jawabannya cukup sederhana dari bocah Palestina ini.
Anak itu dengan penuh semangat dan keyakinan menjawab,”Kami tidak akan pernah pergi meninggalkan tanah kami. Hanya ada dua pilihan bagi kami, berjuang melawan penjajah atau kami keluar menuju langit (syahid-red).”
Di kesempatan yang lain, seorang anak Palestina kembali berbicara kepada seorang Youtuber. Youtuber itu bertanya, apa yang terjadi dengan hari-harimu saat ini?
Anak itu menjawab, tidak ada yang menjadi ketakutan bagi kami. Kami akan berjuang mempertahankan tanah para Nabi. Penjajah itu hanya mengerti dengan dua bahasa, yakni bahasa pengkhianatan dan pembunuhan.
Mereka hanya mengerti dua cara itu. Tak ada kata lain bagi penjajah selain perlawanan.
Sebuah percakapan lain yang membuat perasaan kita benar-benar terenyuh. Seorang anak ditanya oleh wartawan,”setelah dewasa nanti, kamu bercita-cita ingin jadi apa?”
Bocah itu terdiam sejenak, lalu ia menjawab,”memangnya kami bisa berpikir untuk menjadi dewasa? Setelah ini, malam nanti, atau besok pagi, kami bisa saja mati tertembak dan terkena bom. Kami tak pernah berpikir untuk sampai dewasa.”
Lama saya terdiam mendengar ungkapan anak Palestina ini. Ya Allah, bahkan mereka tak punya kesempatan untuk berpikir hidup di hari esok.
Beberapa anak Palestina lainnya mereka menangis. Seorang anak sedang bermain-main bersama temannya. Tiba-tiba bom datang menghantam mereka. Ia berlari dan selamat, tetapi temannya syahid. Kepalanya pecah terkena bom. Anak itu pulang sambil menangis dan terus berbicara kepada orang-orang di sekitarnya.
Anak itu berkata,”kenapa penjajah itu tidak memberi kesempatan kepada kami untuk hidup sejenak, kenapa mereka menghabisi kami yang hanya ingin bermain? Kenapa tak ada kesempatan hidup untuk kami anak-anak di Palestina, apa salah kami? Kenapa kalian diam saja.”
Bisakah kita menjawab pertanyaan anak ini? Malu, tentu saja jika kita orang-orang yang berpikir, kita akan malu.
Kisah lain ketika seorang anak dengan wajahnya yang tampan dan senyumnya yang terurai, di tengah-tengah reruntuhan bangunan rumahnya dan orang tuanya yang syahid, ia menjawab pertanyaan para wartawan.
Apa kau takut terhadap ZiOnisT, Nak? Bocah itu dengan senyum tabahnya menjawab, tidak tentu saja tidak. Aku hanya takut kepada Allah. Orang tuaku telah syahid. Mereka telah mendapatkan kematian terbaik.
Bisakah kita setegar anak ini? Bisakah? Bisakah keimanan dan keyakinan kita sekuat anak-anak di Palestina?
Ya Rabb, cukup belajar dari anak-anak Palestina, kita bisa memperbaiki keimanan, memperbaiki akidah, dan memperkuat perjuangan dan kesungguhan jihad.
Kita belum bicara tentang perkataan dan perjuangan Al-Qossam. Tentu, akan lebih tertampar-tampar lagi kita dengan apa yang mereka katakan.
Mengutip informasi Muhammad Husein Gaza, sekitar 3000 pejuang yang maju di medan perang pada 7 Oktober 2023 lalu, mereka adalah yang hafiz 30 Juz, mereka yang ditempatkan di garda terdepan. Bagaimana para pejuang mengambil pertarungan jarak nol dengan bekal QS Yasin ayat 9.
Ya, Allah, jauh sekali perjuangan mereka dibanding kami. Kami masih sibuk mengurus diri sendiri, sibuk dengan persoalan pribadi.
Jikalau pun kami di sini berjuang, pun masih banyak dengan kesan-kesan perpecahan dan masalah ukhuwah.
Benarlah, keimanan dan keberkahan itu ada di Palestina. Refleksi yang dalam, termasuk dari anak-anaknya.
Allah, bantulah kami menjadi orang-orang yang berkontribusi dalam perjuangan pembebasan Al-Aqsa.
_Pekanbaru, 9 November 2023 Pukul 15.25 WIB_
Berita Lainnya
Marlis Syarif : Keteladanan dari Kades Sungai Raya Produksi Masker Sendiri
Dr. Gamal: Pejuang Politik PKS Harus Berpolitik Dengan Gaya Baru
Asal Mula Budidaya Kelapa Indragiri Hilir
Praka Azhar Dan Praka Ridwan: Sosok Prajurit TNI Yang Humanis Pada TMMD Ke 105 Kodim 0313/KPR
Ahmad Effendi: Musrenbangdes dan Harapan Masyarakat Desa Sungai Intan 2022
Bati Tuud Koramil 09/Lgm, Dengan Materi Belneg Diharapkan Pemuda Handal Di Bidangnya
Penggiat Literasi Rokan Hulu Diskusi Literasi tentang Menulis Berita
Kebersamaan Masyarakat Dalam Kegiatan Goro Di Desa Tambak Langgam
Pekanbaru Dan Mindset Ibukota
SBNC Tolak Laporan Keuangan PD Dana Amanah Pelalawan
Dr. Gamal: Pejuang Politik PKS Harus Berpolitik Dengan Gaya Baru
Hasrat Menjadi Pemimpin