Rindu Ramadhan

Rindu Ramadhan
Ramadhan Kurikulum Terbaik
Penulis : Ariyanto, S.Psi.I
(Penyuluh Agama Islam Kecamatan Mandah)
Marwahrakyat.com - Marhaban ya Ramadhan, tidak terasa Ramadhan 1444 H hanya menunggu beberapa hari lagi. Sebagai seorang muslim kita tentu menyimpan kerinduan pada bulan ramadha. Merindukan Ramadhan adalah bagian dari panggilan iman yang ada dihati ummat islam, dengan datangnya bulan ramadhan ini, kita berharap dapat memanfaatkan segala momen yang ada bersama ramadhan, memaksimalkan segala amal ibadah dengan berpuasa disiang hari dan menghidupkan amalan sunnah dimalam harinya.
Terbayang dalam pikiran kita dengan datangnya bulan ramadhan tahun ini hakikatnya kita masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri, berhijrah menjadi pribadi yang lebih baik. Oleh karena itu sudah sepantasnya kita bersyukur kepada Allah atas nikmat dan kesempatan yang tiada terkira ini. Bagi penulis sendiri Ramadhan merupakan kurikulum terbaik sepanjang zaman, kurikulum yang membentuk karakter seorang muslim yang kuat mental, fisik dan spritual. Hal ini terbentuk karena bulan ramadhan adalah bulan terbaik (syaidul syuhur), ia juga disebut sebagai bulan tarbiyah yaitu bulan diwajibkan kita berpuasa untuk melatih diri dari kerakusan hawa nafsu syaithoniyah dan hewaniyah. Di ramadhan pula segala kebaikan amal kita dilipat gandakan pahalanya dan dibulan ramadhan pula diturunkan pedoman hidup manusia yakni Al-Qur’an yang mulia.
Melalui kurikulum terbaik ini ada beberapa target penting bagi kita umat muslim untuk mengintropeksi diri dan memperbaiki diri sehingga menjadi lebih baik sebagaimana tujuan dari puasa ramadhan itu sendiri yaitu menjadi manusia yang bertaqwa karena taqwa adalah drajat tertinggi disisi Allah swt, dan menjadi sebaik-baik bekal kelak ketika kita kembali kehadiratNya.
Membentuk Hidup Sehat Jasmani Dan Rohani
Mengingat ramadhan adalah bulan Tarbiyah yang mampu mengendalikan nafsu syahwat manusia, baik syahwat hewaniyah yang rakus, maupun syahwat syaithoniyah yang tercela. Maka secara umum ada dua pendidikan yang menjadi dasar di bulan ramadhan. Pertama, Ramadhan mendidik jiwa manusia dari syahwat yang celaka. Bagaimana bulan ramadhan itu mendidik jiwa manusia? Sebagaimana dalil berpuasa itu sendiri, Allah menjelaskan di dalam QS. Al- Baqarah ayat 183. Bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk menjalankan ibadah puasa sebagai ibadah yang diwajibkannya dengan tujuan tertinggi untuk mencapai drajat ketaqwaan kepadanya.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Taqwa memiliki makna menjalankan segala perintahnya dan meninggalkan segala yang dilarangnya secara totalitas. Hal ini bearti bahwa seorang muslim yang menjalankan ibadah puasa tidak hanya menahan diri dari rasa haus dan lapar sahaja, karena secara logika haus dan lapar itu tidak akan mungkin membuat kita menjadi muslim yang bertaqwa. Justru membuat kita lesu, lemah dan tak berdaya. Akan tetapi ada hal lain yang membuat orang-orang yang berpuasa itu mencapai drajat taqwa. Misalnya, di saat berpuasa itu kita dilarang berkata yang tidak baik seperti mencela, membuka aib, berkata kotor dan sebagainya, karena hal tersebut dapat mengurangi pahala puasa bahkan bisa saja puasanya menjadi sia-sia. Meskipun sesungguhnya perkara tersebut juga dilarang ketika tidak berpuasa. Singkat kata apa yang Allah larang dalam agamanya, menjadi larangan pula bagi orang yang ingin mendapatkan pahala puasa yang sesungguhnya. Ramadhan menawarkan pelatihan alias pendidikan yang bergitu sistematis, indah dan memiliki makna yang sangat berguna. Diantara pendidikan itu tentunya menyentuh aspek kejiwaan manusia sehingga tercipta keperibadian muslim yang kuat imannya, kokoh akidahnya, jujur dalam perbuatannya, tidak rakus memperturutkan hawanafsunya dan mulia dengan akhlaknya.
Kedua, Ramadhan mendidik pola kesehatan manusia. Ramadhan tidak hanya memberikan kesehatan jiwa atau mental manusia, akan tetapi Kesehatan yang dimaksud merupakan perpaduan kesehatan jasmani dan rohani, jiwa dan raga.
“Berpuasalah kalian, niscaya kalian akan sehat”( HR.Thabrani)
Dalam penelitian kesehatan sebenarnya sangat banyak manfaat kesehatan bagi tubuh manusia dengan berpuasa itu. DR. Abdul Aziz Ismail dalam bukunya, “Al Islam Wattibbul Hadits” beliau menyebutkan bahwa hikmah puasa diantaranya adalah sebagai obat dari beraneka ragam penyakit dalam. Seperti kencing manis, ginjal dan darah tinggi. Di Jerman dikenal dengan sebuah lembaga bernama Fasten Institute atau lembaga puasa yang mana menggunakan aktifitas puasa sebagai upaya untuk penyembuhan pada penyakit yang tidak lagi bisa diobati dengan obat-obat kimia.
Bagi seorang yang memang sering melaksanakan puasa tentunya merasakan hikmah tersendiri. Kenapa tidak ? Dengan menjalankan puasa di bulan ramadhan ada anturan-aturan tertentu yang harus kita jalani seperti pola makan yang teratur dan lainnya. Dengan pola makan yang teratur dan mengkosumsi makanan yang baik. Hal itu dapat menyehatkan tubuh kita. Alangkah beruntungnya jika ramadhan tahun ini kita masih dipertemukannya dengan bisa menjalankan ibadah puasa dan amalan lainya. Tapi alangkah celakanya jika seorang masih bertemu dengan ramadhan tetapi ia tidak berpuasa.
Moment berhijrah
Ramadhan memberikan kesempatan emas bagi kita untuk berhijrah menjadi peribadi yang lebih baik. Lalu apa itu berhijrah ? Hijrah adalah berpindah, dari satu tempat menuju ketempat lain. Kata hijrah berasal dari bahasa Arab yang berarti meninggalkan, menjauhkan diri, dan berpindah tempat. Dalam konteks historis (sejarah) kita diingatkan hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad saw, bersama para sahabat beliau dari Makkah menuju Madinah. Dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syari’at islam. Sebagain para ulama ada yang mengartikan bahwa hijrah adalah keluar dari darul kufur menuju darul islam.
Dalam pandangan yang luas hijrah memiliki dua bahagian, yaitu hijrah makaniyah dan hijrah ma’nawiyah. Misalnya ketika seseorang ingin berpindah dari suatu tempat ketempat lain (berpindah secara fisik), berpindah daari satu negeri yang membahayakan kesehatan untuk menghindari penyakit menuju negeri yang aman, hal ini dapat diartikan dengan hijrah makaniyah. Sedangkan hijrah ma’knawiyah adalahh perpindahan secara nilai dalam artian berpindah menuju kualitas hidup yang lebih baik.
Maka ketika seseorang memutuskan dirinya untuk berhijrah dijalan Allah, tentu memiliki konsekuensi yang harus ia hadapi ketika meninggalkan keburukkan dalam menuju kebaikkan tersebut. “apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja?” (QS. Al –Qiyamah : 36).
Manusia diberikan cobaan, salah satu cobaan berhijrah itu adalah melawan diri sendiri berupa hawa napsu yang cenderung mengajak pada keburukan. Prof. Rhenald Kasali mengatakan “setiap peroses berubahan belum akan berhasil sebelum manusia berhasil memperbaharui cara berpikirnya”. Tidak mungkin seseorang bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik sementara di dalam pikirannya memiliki pikiran yang negatif karenanya Kita dituntut untuk berpikir positif dan berbaik sangka itulah diantara usaha dalam berhijrah. Ketika semangat (spirit) hijrah pada diri seorang pemuda itu telah hilang dan sirna maka tidaklah ia disebut berhijrah, dan dua hal yang tidak bisa dipisahkan ketika seseorang berhijrah yaitu meninggalkan keburukan dan istiqomah dalam melakukan kebaikan.
Singkat kata, bahwa sejatinya hijrah ini tidak hanya membuat seseorang melarikan diri untuk mendapatkan rasa aman (hijrah makaniyah), namun sesungguhnya hijrah itu dapat menjadikan manusia selalu berada dalam kebaikkan (hijrah ma’nawiyah). Dan tidak pula seseorang berhijrah lalu masih berbuat maksiat, tidak juga seseorang itu berhijrah tanpa berbuat kebaikan dan beristiqomah dengan kebaikannya itu. Dengan momentum ramadhan yang mulia ini tentu menjadi lebih efektif untuk kita kembali menjadi peribadi yang lebih baik dengan segala agenda yang telah diatur selama kita menjalani ibadah puasa ramadhan ini. Disiang hari kita berpuasa dan dimalam hari kita hidupkan dengan amalan sunnah qiyamul lail, dan sebagainya. Akan tetap jangan sampai terjadi sebaliknya “Rasulullah bersabda “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja”
Semoga niat baik kita diterima disisi Allah Swt untuk menjadi pribadi yang lebih baik menjadi insan yang bertaqwa “hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS. Al-Baqarah :183)
Berita Lainnya
Jadilah Sebaik-baiknya Umat dan Manusia
Bingung Tahun Baru? Pejuang Subuh Ajak Bermuhasabah Hadirkan Ustadz Kondang
Alhamdulillah! Pejuang Subuh Keritang Taja Suling ke-100, Dewan Syuro PST Sokong Penuh
Bupati HM WARDAN Pinta Perhelatan MTQ Ke-52 Gaungnya Lebih Meriah
Jangan tinggalkan ini, Habis Kumpul-kumpul
LPTQ Inhil Gelar Lagi TC Gelombang Ke-2
Bekal Menyambut Ramadhan
Muhasabah: Keberhasilan Anakmu Adalah Keberhasilanmu Oleh: Muhammad Ridha Shadik
Dengan Semangat Goro Kemanunggalan TNI Dan Rakyat Semakin Solid
Awas! Jangan Tambah Dosa, dengan Hal Seperti ini.
Wali Sei Intan Ingatkan Soal Anak Soleh dan Sebaik-baik Aset
Abdul Aziz : Maulid Nabi adalah Momentum Umat Evaluasi Diri