Asbabul wurud sebagai sarana memahami kontekstualitas suatu hadis

Sabtu, 13 Februari 2021

Ilustrasi

Kuansing -- Pemahaman masyarakat muslim dalam memahami makna suatu hadis terkadang terjadi kekeliruan. Hal ini dipicu oleh minimnya pengetahuan serta kurangnya dalam menggali informasi mengenai status hadis yang dibaca. Kerap kali seseorang berdalil menggunakan suatu hadis, sedangkan hadis yang digunakan tidak relevan dengan konteks yang dibicarakan.

Maka dalam hal ini, perlu kiranya menggali terlebih dahulu asal muasal dari suatu hadis. Kita perlu tahu latar belakang apa yang membuat suatu hadis itu diucapkan, dilakukan atau ditakrirkan oleh nabi. Berangkat dari pemahaman inilah kita akan mengerti makna dan fungsi dari suatu hadis. 

Bahkan terkadang suatu hadis dengan hadis lainnya mengalami kontradiktif. Untuk memahami hal seperti ini, dalam studi ilmu hadis dikenal dengan istiliah “asbabul wurud”. 

Asbabul wurud merupakan salah satu ilmu dalam memahami suatu hadis. Sebuah hadis yang mengabaikan asbabul wurud cenderung akan memahami hadis secara tekstual dan mengabaikan latar belakang yang jauh lebih penting untuk memahami hadis tersebut. maka pada artikel ini penulis mencoba untuk membahas mengenai peranan asbabul wurud dalam memahami makna suatu hadis.

 

*Pengertian asbabul wurud*

 

Asbabul wurud berasal dari kata asbab artinya sebab-sebab, dan al wurud artinya sampai, muncul dan mengalir .  Dari terjemahan perkata tersebut dapat difahami bahwa asbabul wurud ialah sebab-sebab kedatangan atau munculnya sesuatu.

Adapun menurut imam as-suyuthi asbabul wurud ialah :

 “segala sesuatu yang menjadi metode untuk membatasi makna hadis, baik dari makna umum, khusus, mutlaq-muqayyad, atau naskh dan semacamnya.

Atau lebih jelas as-suyuthi menyebutnya: 

"suatu kejadian yang mengiringi sebuah hadis pada masa terjadinya hadis tersebut ." 

Adapun menurut hasbi ash-shiddiqiey asbabul wurud diartikan sebagai “ilmu yang menerangkan sebab-sebab nabi ? menuturkan sabdanya dan masa-masa nabi ? menuturkannya”

Sedangkan menurut yahya isma’il ahmad memberikan definisi asbabul wurud ialah “ sesuatu (baik berupa peristiwa-peristiwa atau pertanyaan-pertanyaan) pada waktu hadis itu disampaikan oleh nabi”.

Berdasarkan tinjauan teoritis diatas, jika dicermati pendapat suyuthi tersebut lebih mengarah kepada fungsi asbabul wurud hadis, baik yang bersifat ‘amm atau khass, mutlaq atau muqayyad, naskh atau mansukh dan sejenisnya.

Adapun dua pendapat lainnya menjelaskan secara umum tentang latar belakang suatu hadis  atau asal muasalnya. Memahami latar belakang atau asbabul wurud hadis membuat seseorang menjadi lebih faham maksud hadis secara kontekstual, tidak hanya secara tekstual. Sebab, dalam memahami suatu hadis secara tekstual akan menyebabkan salah penafsiran dan salah mengaplikasikan hadis sesuai yang diinginkan oleh nabi.

Dari beberapa definisi diatas juga dapat disimpulkan bahwa makna yang diinginkan adalah kontekstualitas historisitas. Sebab, dari sekian banyak hadis nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat hampir rata-rata semuanya berangkat dari suatu sebab yang mengharuskan nabi mengatakan, melakukan atau mentakrirkan sesuatu.

Dalam perspektif ini, memahami asbabul wurud untuk mengetahui makna yang diinginkan oleh suatu hadis bukanlah tujuan yang ingin penulis kemukakan, melainkan hanya sarana untuk mengetahui serta memperoleh ketetapan makna dan pesan yang terkandung dalam suatu hadis.

Oleh karena itu, memahami matan hadis dengan melihat asbabul wurudnya tentu akan memberikan pemahaman yang mendekati apa yang dimaksudkan nabi terhadap hadits tersebut.

 

Urgensi asbabul wurud

Asbabul wurud memiliki peranan penting untuk menyampaikan pesan dari suatu hadis. Sebab, hadis yang disampaikan nabi biasanya bersifat kasuistik, kultural, bahkan temporal . Oleh sebab itu, memperhatikan latar belakang munculnya hadis secara konteks historisitas menjadi sangat penting. Hal ini agar menghindarkan kesalahpahaman dalam menangkap maksud suatu hadis agar tidak terjebak pada arti teks semata.

Berikut beberapa urgensi asbabul wurud antara lain: 

1. Mempermudah memahami hadis-hadis. Dengan mengetahui latar belakang suatu hadis, memberikan kemudahan dalam pemahaman makna suatu hadis.

2. Membatasi pengertian hadis yang masih mutlaq. Sebagaimana pada contoh hadis berikut :

“kalian lebih tahu tentang urusan duniawimu”.

Secara sekilas jika difahami dari makna tekstualitas, hadis ini menjelaskan seakan-akan nabi tidak ahli dalam urusan duniawi. Namun setelah ditinjau asbabul wurud dari hadis diatas, ternyata secara kontekstual hadis ini menjelaskan berkaitan dengan pencangkokan pohon kurma, yang dalam hal ini para sahabat lebih ahli. Maka nabi menyerahkan urusan pencangkokan tersebut kepada para sahabat. 

Hal ini tentu akan berbanding terbalik jika hanya difahami secara tekstual. Maka, itulah fungsi asbabul wurud untuk membatasi pengertian hadis yang masih mutlaq.

3. Mentafsil, merinci atau memperjelas hadis yang masih bersifat global.

4. Menentukan nasakh dan mansukh. Jika suatu hadis terlihat ta’arud (saling bertentangan maknanya), maka asbabul wurud sebagai solusi mengetahui mana hadis yang telah dinasakh oleh hadis yang datang kemudian.

5. Menjelaskan suatu hadis yang masih musykil atau sulit difahami.

6. Mengetahui hikmah disyari’atkan suatu hukum. 

 

Faktor-faktor nabi meriwayatkan hadis

1. Faktor yang muncul dari pribadi nabi ? sebagai pembicara

2. Faktor yang berkaitan dengan kondisi orang yang diajak berbicara

3. Aspek yang berkaitan dengan waktu atau masa dimana nabi menyampaikan sabdanya.

4. Aspek yang berkaitan dengan tempat atau kondisi geografis dimana nabi menyampaikan hadis .

 

Macam-macam asbabul wurud

Menurut imam as-suyuthi asbabul wurud terbagi menjadi tiga macam, diantaranya:

1. Sebab untuk menjelaskan ayat al qur’an.

Apabila saat turun wahyu para sahabat kebingungan akan makna dari ayat tersebut, maka nabi akan menjelaskannya kepada para sahabat.

2. Sebab untuk menjelaskan suatu hadis yang sulit difahami.

Biasanya hadis ini berupa Tanya jawab antara nabi dengan para sahabat. Ketika nabi menyampaikan suatu sabda, tetapi ada kata yang tidak difahami oleh para sahabat, maka nabi akan menjelaskan maknanya. Sebagai contoh: hadis tentang cinta dunia dan takut mati.

3. Sebab suatu hal yang berkaitan dengan para pendengar yang mendengar dikalangan sahabat.

Bahwa, suatu ketika seorang sahabat bernazar ketika terjadi fathu mekkah hendak sholat ke baitul maqdis, maka nabi bersabda agar tetap sholat dimasjidi haram, “masjidil haram lebih utama dari pada 100.000 kali shalat diselain masjid al haram”  .

Penutup 

Dari penjelasan diatas dapat beberapa kesimpulan yaitu:

1. Asbabul wurud merupakan kunci untuk memahami hadis secara kontekstualitas historisitas.

2. Asbabul wurud menjadi dasar dalam menyikapi suatu hadis yang ta’arud (saling bertentangan)

3. Dengan memahami asbabul wurud, memahami suatu hadis tidak terpaku dengan makna tektualitas semata.

 

 

Daftar Bacaan;

- Munzier suparta, Ilmu Hadis (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2008)

- Jalaluddin as-suyuthi, al-lumma’ fi asbabil hadis: Beirut Darul Kutub, 1984 M.

- Jurnal Tahdis, Volume 6 Nomor 2 tahun 2015

- Abdurrazaq dalam kitab al-mushannafnya.

- Abdul mustaqim, ilmu ma’anil hadis paradigma interkoneksi; Berbagai teori dan metode memahami hadis nabi. ( yogyakarta: Idea Press 2008)