Sesungguhnya Panjangnya Shalat Seseorang dan Ringkasnya Khutbah merupakan Tanda Kefaqihannya

Jumat, 14 Oktober 2022

Memendekkan Khutbah Jum'at

Oleh : Jumardi
Guru Pondok Pesantren YASIN Tembilahan 

Khutbah Jum’at merupakan salah satu rangkaian ibadah yang terdapat pada pelaksanaan shalat Jum’at, karena khutbah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian ibadah Jum’at. Secara   umum   khutbah   Jumat   bertujuan   untuk  memuji,   memuliakan,   dan   mentauhidkan Allah SWT., juga kesaksian bahwa pada diri Rasulullah SAW. terdapat risalah yang bertujuan untuk memberikan peringatan bagi para hamba. Khutbah memiliki kedudukan dan manfaat yang sangat besar dari pelaksanaan shalat Jum’at, karena di dalamnya mengandung zikir kepada Allah, peringatan bagi kaum muslimin serta nasehat bagi yang mendengarkannya. 

Khutbah  Jum’at  mempunyai  dua  sisi  yang  tak  terpisahkan.  Pertama,  sebagai  bagian  dari ibadah shalat Jum’at yang melekat. Kedua, Khutbah Jum’at menjadi media untuk menyampaikan dan memberi pelajaran kepada para jamaah atau umat manusia secara umum. Bisa juga dikatakan, selain ritual ibadah,  khutbah Jum’at juga merupakan salah satu media dakwah  yang mempunyai kaitan langsung dengan pembinaan umat. Karena   pentingnya   khutbah   pada   rangkaian   shalat   Jumat,   maka   para   khathib   hendaknya mempersiapkan   dengan   baik   apa   yang   akan   disampaikan   kepada   para   jamaah.   Mempersiapkan materi yang sesuai dengan kebutuhan jamaah dan cara menyampaikannya dengan baik adalah kunci tersampaikannya nasehat agama ke hati nurani jamaah.

Memendekkan Khutbah dan Memanjangkan Sholat

Setiap   hari   Jumat,   seringkali   dijumpai   khatib-khatib   berkhutbah   agak   panjang,   kadang-kadang   sampai   empat puluh   menit   ditambah   pula   dengan   bacaan   ayat-ayat   yang   panjang   dalam   shalat Jumatnya.   Hal   demikian   khutbah   Jumat   menjadi   membosankan   bagi   Jamaah,   hingga   ada   yang ngantuk dan tertidur. Padahal   Rasulullah  telah  mengingatkan  bahwa seorang  khatib  hendaknya  menyampaikan khutbahnya dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami. Tidak bertele-tele dan disampaikan secara ringkas dan padat. 

Dari   ‘Ammar  bin   Yasir  beliau   berkata:   Aku   mendengar   Rasulullah  Shallallahu   'Alaihi   WaSallam bersabda, “Sesungguhnya panjangnya shalat seseorang dan ringkasnya khutbah merupakan tanda kefaqihannya.” (Shahih Muslim, Kitabul Jum’at nomor 869 dan Bulughul Maram nomor 477)

Maksud hadis ini, yaitu termasuk dari perkara yang dapat dikenali akan kefaqihan seseorang adalah   dengan   mudahnya   orang   memahami   perkataannya   walaupun   ringkas.   Sedangkan   setiap sesuatu   yang   dapat   menunjukkan   sesuatu   maka   hal   tersebut   merupakan   tanda   baginya.   Dan meringkas khutbah hanya sebagai suatu tanda atas hal tersebut, karena orang yang faqih adalah orang   yang   telah   menelaah   berbagai   hakikat   makna-makna   dan     berbagai   macam   kumpulan-kumpulan lafadz sehingga dia bisa mengungkapkannya secara tegas dan lugas dengan ungkapan yang menyeluruh dan dapat dipahami.

Hadis di atas menerangkan bahwa khutbah yang pendek dan shalat yang panjang itu sebagai tanda pengertian seseorang dalam agama, karena seseorang yang mengerti dapat memilih uraian yang padat  dan ber nash serta tidak melantur, sehingga khutbahnya tersebut bisa dipahami dan dimengerti oleh jama’ah Jum’at.

Oleh   sebab   itulah,   hadits   tersebut   merupakan   kelengkapan   dari   riwayat   hadits,  “Maka panjangkanlah   shalat   kalian   dan   perpendeklah   khutbah.   Karena  sesungguhnya   penjelasan merupakan salah satu bentuk sihir  (membuat orang terkesima dan membawa pengaruh bagi yang mendengarkannya)”. (H.R Muslim)

Maksud   dari  panjangkan   shalat  adalah   panjangnya   shalat   tidak   sampai   menyebabkan pelakunya masuk ke dalam batasan larangan, yaitu membaca surat atau ayat yang sangat panjang sehingga mengabaikan keadaan jamaah Jumat yang kebanyakan orang tua, dan orang yang sedang safar yang mungkin memiliki kebutuhan yang mendesak. Rasulullah saw. menunaikan shalat Jum’at dengan membaca surat Al Jumu’ah  dan surat  AlMunafiqun sebagaimana yang terdapat pada riwayat Imam Muslim dari Ibnu Abbas dan An Nu’man bin Basyir radliyallahu 'anhuma,  

“Adalah beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam membaca pada Dua Hari Raya dan pada hari  Jum’at dengan  surat  Sabbihisma Rabbikal A’la dan  Hal  Ataka   Haditsul Ghasyiyah.”  (Shahih Muslim,  Kitabul Jum’at  nomor 878,  Sunan Abu Dawud,  Kitabul Jum’at  nomor1122)

Dan itu adalah panjang yang disandarkan pada khutbahnya dan bukan disandarkan dengan panjangnya shalat yang terlarang. Dari Ummu Hisyam bintu Haritsah bin An Nu’man beliau berkata, “Tidaklah   aku  menghapal  surat Qaf wal   Qur’anil   Majid   kecuali dari  lisan   Rasulullah  Shallallahu'Alaihi   Wa   Sallam,   beliau   membacanya   pada   setiap   Jum’at   di   atas   mimbar   apabila   beliau memberikan khutbah kepada manusia.” (Shahih Muslim, Kitabul Jum’at nomor 873)

Seorang   imam   atau   khatib   harus   peka   dan   prihatin   dengan   keadaan   makmum   di belakangnya. Karena makmum mungkin mempunyai  pelbagai ragam dan kedudukan serta peringkat umur dan pengetahuan agamanya.  Khutbah tidak seharusnya dipanjangkan, cukuplah di antara sepuluh dan lima belas menit. Khutbah yang pendek, padat ditambah dengan penggunaan bahasa yang baik adalah lebih berkesan daripada yang panjang sehingga menjemukan dan membosankan para jamaah. Dengan khutbah yang singkat dan padat  serta mudah dipahami oleh Jamaah diharapkandapat menebalkan keyakinan tauhid para jama’ah yang mendengarkannya, sehingga mereka semakin mencintai Allah dan semakin kuat beribadah. Dengan adanya kabar gembira dan peringatan, sehingga umat   manusia   lebih   berhati-hati   dalam   menjalankan   segala   pekerjaan   yang   dilakukannya.   Agar menjadi   obat   atau   penawar   hati   bagi   jama’ah   dalam   menghadapi   persoalan   yang   ada   pada masyarakat.   Supaya   manusia   sadar   dari   perbuatan   yang   sering   dilakukan, dan   untuk  yang akan datang tidak terulangi lagi.

Jumardi, S. Ud.
Guru Pondok Pesantren YASIN Tembilahan