Westernisasi: Ancaman yang Terlupa

Selasa, 23 Maret 2021

Oleh : Ramdani (HMI Cab Tembilahan)

Marwahrakyat.com, Tembilahan-Tema tentang Westernisasi saat ini begitu jarang diangkat dipermukaan, hal ini berbeda pada saat awal-awal teknologi itu hadir dan berkembang, sikap alergi dan pobia teknologi begitu jelas tampak di wajah-wajah terutama para tokoh adat dan agama, karena akan mengancam sistem budaya serta tatanan nilai agama yang ada dan dianut di tengah masyarakat yang diyakini sistem budaya dan agama itu  akan dapat menjaganya dari segala macam kesalahan dan menghantarkannya pada hidup yang lebih bahagia dan bermakna. Oleh karena itu segala yang ada harus dipertahankan dan segala pengaruh harus diatasi.
Westernisasi atau juga dikenal oksidentalisasi adalah sebuah proses dimana pola kehidupan masyarakat yang rentan meniru gaya dan budaya hidup barat, seperti cara berpakaian, tingkah laku yang tidak sesuai dengan kultur dan agama yang kita anut. Menurut Elly M. Setiadi (2020) westernisasi adalah proses pengambil alihan unsur-unsur kebudayaan barat secara membabi buta tanpa pertimbangan apakah unsur kebudayaan itu sesuai dengan kultur bangsa sendiri. Namun bagi penulis, jika westernisasi dipahami sebagai sebuah pengaruh budaya luar yang melampaui etika dan moral, pada hari ini tentu tidak hanya  sistem budaya barat saja yang mengandung unsur negatif bagi paham dan budaya kita, tetapi juga budaya negara bagian lainya. Oleh karena itu konsep westernisasi bagi penulis indentik dengan pengaruh budaya barat namun tidak hanya tunggal dari Barat saja dengan kata lain variabel pengaruh itu lebih luas.
Pentingnya tema ini dibahas adalah untuk meriview kembali semangat untuk menjaga dan mencintai sistem budaya lokal yang diyakini mampu hadirkan tatanan hidup masyarakat dan generasi yang lebih bermakna dan bahagia. Jika diabaikan, tentu akan berimbas terhadap tatanan nilai-nilai kehidupan generasi sekaligus akan berdampak pada cara pandang dan prilaku perilaku akan mempengaruhi cara hidup yang akan juga mentukan perkembangan dan kemajuan bangsa kita kedepan yangkemungkinan hidup tidak lagi berjalan sesuai dengan jati diri dan identitas kebangsaan.
Secara umum saluran pengaruh positif negatifnya perkembnagan teknologi mulai dari era revolusi industri 1.0 yang ditandai dengan ditemukannya mesin uap, yang dapat digunakan berbagai macam kegiatan seperti transportasi, mesin tenun mekanis dan lain-lain. Kemudian masuk pada era revolusi industri 2.0 merupakan kelanjutan dari era 1.0 yaitu efesinsi dalam memproduksi terutama masalah logistik, listrik dan transpirtasi semakin efesien. Masuk era revolusi industri 3.0 dimana peran manusia mulai berkurang digantikan dengan mesin pintar berteknologi khusus dan bisa memprediksi dan membuat keputusan sendiri seperti hadirnya komupter yangbegitu membuat sistem kerja menjadi simple. Seterusnya masuk era revolusi industri 4.0 yang dikenal dengan era digital dan internet. Kemajuan ini membuat semua jendela dunia menjadi terbuka lebar tanpa sekat dan batas. 
Melihat ketidak mampuan masyarakat kita dalam menyaring cara dan gaya hidup seperti penggunaan media, mengutip studi kasus dari Catatan Riau.com fenomena tiktok di kalangan remaja diterangkan akhir-akhir ini Indonesia digemparkan oleh aplikasi tiktok mulai dari kalangan anak-anak, remaja hingga dewasa. Tiktok dibuat untuk menjadi media kreatifitas anak muda menjadi bagian dari revolusi konten. Sayangnya tujuan ini belum sampai pada kalangan muda di Indonesia. Penggunaan tiktok di Indonesia banyak sekali disalah gunakan seperti, penampilan tiktok di Indonesia cenderung tidak sopan bahkan ada yang sampai melecehkan. Fenomena  tiktok dikalangan remaja ini tentu saja harus menjadi perhatian khusus oleh orang tua. Jangan fenomena ini menyebabkan prestasi belajar menurun. Tiktok sebenarnya positif jika digunakan sebagai ajang untung berkreasi, berimajinasi, atau memperluas jaringan pertemanan. Belum lagi kemudahan dalam mengakses berbagai macam konten internet tanpa batas.
Sehingga dampak negatif Westernisasi teru menguat sementara filter pengetahuan dan nilai berkurang. Diantara pengaruh itu adalah; pertama, Perubahan perilaku, kedua perubahan cara dan pola pergaulan yang sangat memprihatinkan, bahkan terkesan tanpa batasan sehingga menyebabkan permasalahan seks bebas, penggunaan alkohol, dan penggunaan obat terlarang. Ketiga, Gaya berpakaian, seperti rok mini, celana jeans sobek, rambut yang diberikan warna-warni. Keempat, segi gaya hidup, masyarakat cenderung mengikuti gaya hidup praktis seperti menggemari makanan siap saji yang secara kesehatan juga tidak tidak baik untuk badan. Kelima, Lunturnya budaya gotong royong, budaya gotong royong merupakan watak khas bangsa Indonesia yang hidup penuh rasa kebersamaan. Saat ini sikap individualis begitu meningkat mendegradasi semangat kebersamaan itu sehingga kepedulian sosial juga tergerus secara tajam.
Dari paparan persoalan yang begitu mengancam ini, menurut penulis perlu perhatian lebih dari berbagai lini dalam upaya menanggulangi agar pengaruh westernisasi diatas tidak semakin berlarut-larut merasuk pada kehidupan generasi. Oleh karena itu memahami pola pengaruh yang begitu terbuka yaitu teknologi tentu sulit dibendung. Namun harus ada upaya konkrit secara komprehensif baik pada lingkungan keluarga, sekolah maupun sistem masyarakat, seperti di desa memperhatikan remaja mengkanalnya pada kegiatan di masji-masjid sebagai wadah edukasi ke-islaman. Sangat penting sekali menanamkan nilai-nilai keislaman sebagai benteng dari dampak westernisasi ini, disisi lain juga sistem adat dan kebiasaan setempat juga perlu diperkuat agar keaslian sikap sebagai anak bangsa yang selalu bangga dengan kultur sendiri itu terbangun ke dalam jiwa. Apalagi di beberapa desa di kabupaten Indragiri Hilir akan mengadakan Pemilihan kepala desa, maka ini menjadi komitmen bagi kepala desa terpilih nantinya untuk merawat dan menjaga generasi muda dengan kebijakan yang akan ia buat baik itu pendekatan agama maupun budaya serta pendidikan. 
Terakhir, perhatian orang tua sangatlah penting dalam membimbing anaknya agar anak tidak salah jalan dan agar menjadi anak yang lebih baik lagi. Orang tua juga harus mengontrol aktifitas anak ketika bermain gadget, bahkan membuat kesepakatan tentang penggunaan gadget. Kemudian, mengalihkan aktifitasnya mungkin dengan berbicara dari hati ke hati dan mengajak main bersama. Inilah sepercik pikiran sebagai bentuk kekhawatiran dan kepedulian terhadap ancaman westernisasi yang akan menghilangkan keaslian diri kita.